Selasa, 04 Februari 2014

Hadits tentang Bolehnya Tayamum Bagi Seseorang yang sedang Junub, sementara bila menggunakan air memiliki Mudharat

عَنْ جَابِرٍ قَالَ : خَرَجْنَا فِى سَفَرٍ فَأَصَابَ رَجُلًا مِنَّ حَجَرٌ فَشَجَّهُ فِيْ رَأْسِهِ ثُمَّ احْتَلَمَ فَسَأَلَ أَصْحَابَهُ فَقَالَ  هَلْتَجِدُوْنَ لِى رُخْصَةً فِيْ التَّيَمُّمِ؟ فَقَالُوْا: مَانَجِدُ لَكَ رُخْصَةً  وَأَنْتَ تَقْدِرُ عَلَي الْمَاءَ فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى النَّبِيِّ صلي الله عليه وسلم أُخْبِرُ بِذَلِكَ فَقَالَ قَتَلُوْ هُ قَتَلَهُمُ الله أَلَا سَأَلُوْا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوْا فَإِنَّمَاشِفَاءُ الْعَيِّ السُّؤَالُ إِنَّمَا  كَانَ يَكْفِيْهِ أَنْ يَتَيَمَّمَ وَيَعْصِرَ أَوْ يَعْصِبَ شَكَّ مُوْ سَىعَلَى جُرْحِهِ خِرْ قَةً يَمْسَحَ  عَلَيْهَاوَيَغْسِلَ سَائِرَ جَسَدِهِ.
Dan Jabir Radiyallahu ‘Anhuma, dia berkata, “Kami pernah keluar dalam suatu perjalanan, lalu seorang di antara kami kepalanya terkena batu, dan terluka kemudian orang itu bermimpi (berjunub), maka dia bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah kalian mendapatkan keringanan bagiku untuk bertayamum?” Mereka menjawab, “Kami tidak mendapatkan hukum dispensasi bagimu, sedang kamu sanggup memakai air.” Lalu laki-laki itu mandi, setelah itu dia mati. Ketika kami datang menghadap kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dan dilaporkan kepada beliau tentang peristiwa tersebut, maka beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Mereka telah membunuhnya, Allah membunuh mereka. Kenapa mereka tidak bertanya dahulu, kalau mereka tidak mengetahui? Sungguh obar kebodohan itu hanya bertanya. Dia cukup bertayamum, dan membalutkan kain atas lukanya itu, kemudian menyapu bagian atasperbannya. Setelah itu, dia mencuci seluruh anggota badannya yang lain. “(Hasan), tidak termasuk kalimat “innama kaana yakjihi....” (HR. Abu Dawud No. 336.)

عَنْ عَبْدَ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: أَصَابَ رَجُلًا جُرْحٌ فِيْ عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ثُمَّاحْتَلَمَ فَأُمِرَ بِا لإِغْتَسَلَ فَمَاتَ فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَتَلُوْهُ قَتَلَهُمُ الله أَلَمْ يَكُنْ شِفَاءُ الْعَيِّ السُّؤَالُ
Dan Abdullah bin Abbas Radiyallahu ‘Anhuma, dia berkata, “Pennah ada seorang laki-laki terluka pada masa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian dia bermimpi (keluan mani). Maka dia disuruh untuk mandi, lalu dia mandi dan meninggal dunia. Kemudian peristiwa itu sampai kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu beliau bersabda, ‘Mereka telah membunuhnya, Allah membunuh meneka pula. Bukankah obat kebodohan itu adalah bertanya? “(Hasan) (HR. Abu Dawud No. 337.)

Hadits tentang Berkurangnya Pahala Shalat



Hadits tentang Berkurangnya pahala shalat :
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلي الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهٗ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ، تُسْعُهَا، ثُمْنُهَا، سُبْعُهَا، سُدسُهَا، خُمْسُهَا، رُبْعُهَا، ثُلُثُهَا، نِصْفُهَا.
“Sesungguhnya seseorang ketika selesai dari shalatnya hanya tercatat baginya sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, separuh dari shalatnya.”[HR. Abu Daud no. 796 dan Ahmad (4/321), dari ‘Ammar bin Yasir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.]